Thursday, June 7, 2007

Mahalnya Sebuah Penerimaan

Ketika semua mata telah terpejam dan semua orang dalam rumah gw telah tenggelam dalam dunianya mimpinya, disinilah gw masih menulis untuk sekedar mengundang kantuk atau mungkin malahan mengusir kantuk!?
Hari ini gw mau membahas tentang mahalnya sebuah penerimaan atau perasaan bahwa kita diterima oleh orang lain.

Buat semua orang, penerimaan atau merasa diterima di lingkungan (baik itu keluarga atau masyarakat) adalah hal yang sangat penting buat mereka. Perasaan nyaman dan aman yang diperoleh dari penerimaan inilah yang dicari hampir semua orang. Rasa nyaman dan aman inilah yang membuat mahalnya sebuah penerimaan.
Saking mahalnya rasa penerimaan inilah yang membuat orang sering kali bersikap munafik, berbohong, atau menjadi sok tau, sok tajir, dan sok-sok lainnya, hanya untuk memperoleh penerimaan itu. 'Mereka' melakukan itu semua hanya untuk memperoleh rasa nyaman dan aman dari lingkungannya. Tidakkah itu konyol?
Apakah orang yang melakukan hal itu, tidak ingin diterima oleh lingkungannya, apa adanya? Kenapa mereka harus memakai 'topeng' untuk merasa diterima oleh lingkungannya? Apa salah jika kita memunculkan sisi dari kita yang sebenarnya? Kurasa tidak!!
Berbohong itu capek lohh!! Memakai 'topeng' terus-menerus apalagi!! Karena kita sudah membohongi diri sendiri dan orang lain. Sadarkah kita ketika kita menciptakan suatu kebohongan, tanpa sadar kita sudah melahirkan kebohongan yang lain? Dan ketika kita sudah hancur, barulah kita sadar bahwa apa yang kita lakukan itu salah, sementara sudah terlambat untuk menyadarinya.

Post ini terinspirasi dari seorang teman yang selalu memakai 'topeng' jika ia berhadapan dengan orang lain. Tak jarang kebohongan meluncur halus dari mulutnya, dan lebih parahnya lagi ia memadukan kebohongan itu dengan kesombongan. Sebuah kombinasi yang benar-benar membawa kehancuran pada diri sendiri. Selain dia sudah tidak dipercaya orang, kini tak jarang orang sering mengejeknya di belakangnya. Apa itu yang disebut penerimaan yang bisa menimbulkan rasa nyaman dan aman??
Hati gw miris melihat kenyataan itu. Kenyataan bahwa banyak remaja seumur gw kini tak bisa menerima diri sendiri. Kenyataan bahwa banyak remaja yang tidak mau berbaikan dengan diri sendiri, dengan membuat 'topeng' untuk menutupi 'wajah asli'nya.

Kalau boleh jujur, waktu akhir kelas 2 smp gw pernah depresi selama 2 bulan, karena gw selalu mencari apa yang salah dalam diri ini, bermusuhan dengan diri sendiri. Yang akhirnya menimbulkan penolakan pada diri sendiri. Memakai topeng terus-menerus, dan berbohong pada diri sendiri. Merasa ditolak dimana-mana, dan tak dipedulikan oleh semua orang.
Namun akhirnya gw melepas topeng itu sedikit demi sedikit, mecoba berbaikan dengan diri sendiri. Semua itu karena ucapan seorang sahabat yang masih gw ingat sampai sekarang 'Anggaplah kritik dari orang terdekat hanya sebagai kritik, yang bisa dilakukan atau tidak. Jangan pernah merasa terbeban dengan kritikan itu, kamu adalah kamu dan gak ada yang bisa mengubah itu'. Nasihat inilah yang membuat gw terbebas dari 'topeng' itu. Jika suatu saat nanti ada yang menyuruh gw menggunakan 'topeng' yang sama, yang gw lakukan adalah menepis 'topeng' itu, menamparnya dan berkata pada orang tersebut 'gw emang kayak gini. Apa urusannya sama elu?' lalu gw akan pergi meninggalkannya terpaku, memegang pipinya yang panas, karena tamparan gw tadi. Haha biar rasa!!