Wednesday, June 23, 2010

Aku -------- Kamu

Ketika jarak, dan waktu memisahkan kita dari orang yang kita sayang,
Satu hal yang harus kita lakukan:
Menunggu,

Tapi,
Jika,nanti kita sadari
satu-satunya hal yang harus kita lakukan itu
sia-sia,
Apa, menunggu masih menjadi jawaban yang tepat?

Monday, June 14, 2010

Baru, tapi gak baru juga

Kemaren, di pesawat, baru aja selesai nonton "How I Met Your Mother" season 5, dan langsung ada topik bahasan unik buat di bahas di blog ini. Ada 2 teori yang benar-benar menarik buat gue, yaitu:

1. Dalam suatu hubungan, adalah yang dinamakan "The Reacher" dan "The Settler" *gue gak yakin apakah cara penulisan ini benar atau enggak, karena gak ada sub, dan kemampuan audio yang terbatas*. Jadi, apa sih artinya? "The Reacher" itu adalah pihak yang *istilah kasarnya* ngejar-ngejar, yang nelepon duluan, yang sms duluan, pokoknya dia yang ambil inisiatif. Sementara, "The Settler" itu adalah pihak yang nerima aja. Di filmnya sih, di bilanginnya, "The Settler" itu gak bakal cemburu sama si "The Reacher", soalnya, emang ada gitu yang mau sama si "The Reacher". Okaaii.. cukup jahat.. hahaha

2. Bahwa, ternyata benci dan cinta itu tipis. Ini memang keliatan basi, cuman ini menarik, karena mereka menggunakan perumpamaan kelinci sebagai sesuatu yang di benci, dan bebek sebagai sesuatu yang disukai. Jadi, mereka menggunakan gambar optical illusion di bawah ini untuk melancarkan teori mereka.
Coba deh, liat baik-baik. Kelinci atau bebek? Teorinya sih, seseorang yang mungkin sebenernya kamu benci, itu bisa jadi seseorang yang elo suka, dan begitu juga sebaliknya. Karena (*gak tau bener atau enggak, tapi di filmnya bilang gitu) syaraf atau hormon gitu, yang menyatakan suka atau benci itu berdekatan, jadi suka di salah artikan. Hayooo loo...
Untuk masalah kelinci atau bebek.. itu mungkin sebenarnya kembali ke pribadi orang sendiri-sendiri ya. Apakah dia jadian sama orang untuk status palsu, atau dia sebenarnya cinta berat sama musuh bebuyutannya. Tapi kalo masalah "The Reacher" dan "The Settler" rada kejam juga gak sih, kalo elo di cap jadi "The Reacher" nya. Mungkin sebenarnya hal itu ada beneran dalam suatu hubungan, cuman rada tabu aja untuk di omongin (atau rada menohok kalo dibahas). Paling mentok, untuk hal-hal "The Reacher" yang bener-bener keliatan kita akan bilang "widiih mau aja dia di babuin cewek/cowoknya". Tapi, untuk hal-hal sepele, mana mungkin kita akan tunjuk muka temen lo sambil bilang "HAHA... KASIAN DEH JADI THE REACHER"

Friday, June 11, 2010

Same song, Different Perspective

Sehabis mendengarkan lagu "Superman" nya Five For Fighting, saya pun teringat oleh post yang pernah saya tulis dulu, mengenai persahabatan. Saya pun teringat, di post saya yang lalu, betapa saya begitu idealisnya menganggap bahwa persahabatan itu adalah segalanya. Bahwa, persahabatany yang ideal itu adalah persahabatan yang harus terjalin terus-menerus, selalu bertemu, dan selalu terikat. Lucunya, setelah 3 tahun berlalu, perspektif itu pun berubah.

Dulu, dengan lugunya, saya berbicara mengenai betapa saya tidak akan berdaya tanpa sahabat-sahabat saya. Dengan arogannya, saya menyatakan bahwa sahabat-sahabat saya itu akan selalu ada di saat saya membutuhkannya. Suatu pandangan yang idealis kan? Namun sekarang saya sadar, bahwa persahabatan yang selalu terikat erat dari waktu ke waktu itu hanya ada di film. Karena saya pun sadar, untuk berkembang, seseorang harus menempuh jalannya sendiri, tanpa bergantung pada temannya. Jika kita terlalu terikat erat dengan teman kita, di mana ruang kita untuk tumbuh?? Itulah sebabnya, ada beberapa orang yang mengadakan reuni, untuk mengejar ketinggalan, untuk mengetahui apa yang telah kita lewatkan dari sahabat akrab kita dulu.

Pergi ke suatu lingkungan baru, meninggalkan sahabat kita, bukanlah sesuatu yang jahat. Karena, jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik, itulah yang harus kita lakukan. Asalkan kita tidak lupa untuk menghubungi mereka, atau kembali jika sudah waktunya untuk kembali. Jangan lantas maju terus tanpa berhenti, karena toh apa enaknya berada di atas puncak tanpa seorang teman, kan?