Thursday, March 17, 2011

Mesin Waktu

Ketika elo masih kecil, pernahkah elu berpikir seperti ini "Wah. cobaa ada mesin waktunya Doraemon.. pasti gue bisa ngulang lagi waktu ini" atau "Wah, coba ada mesin waktu, gue pasti bisa tau nanti gedenya gue jadi apa?"

Yaa.. intinya kita pengen tau banget soal masa depan kita, atau mengulang masa lalu kita. Dulu gue berpikir demikian. Betapa indahnya dunia, jika gue bisa tau masa depan gue, atau ngulang kesalahan masa lalu gue. Tapi sekarang, gue bersyukur bahwa mesin tersebut tidak ada (setidaknya di abad ketika gue menulis ini).

Karena gue sadar, bahwa dengan adanya mesin waktu, kita tidak akan menjadi seperti apapun pribadi kita saat ini. Gue sadar banget bahwa segalanya butuh waktu, timing itu penting banget dalam ngejalanin hidup. Gue pun sadar untuk bisa berdiri di tempat gue sekarang ini, gue melalui sekian banyak proses yang gak mudah, bertemu banyak orang mulai dari yang brengsek sampe suci banget kayak Bunda Teresa, dan melalui segala macam kejadian yang membuat gue belajar dari hal itu.

Nah, misalnya ada mesin waktu, gue rasa gak banyak orang sukses. Karena kita akan memiliki tendensi untuk me-rewind, atau me-fast forward hidup kita. Misalnya kita nyesel karena ulangan kita jelek *yeaah alasan amat sangat dasar*, yang kita lakukan adalah kita tinggal naik mesin waktu, dan ngulang aja itu waktu. Atau.. jika kita penasaran apakah kita jadi seperti apa di masa depan, kita tinggal naik mesin waktu, dan ngeliat kita 10 tahun kemudian.

Hidup menjadi lebih gampang bukan?
Tapi sadarkah kita, bahwa sebenarnya itu membuat kita menjadi tidak berkembang?

Jika kita menyadari bahwa kita memiliki pilihan untuk mengulang semuanya, bukankah membuat kita jadi tidak berhati-hati dengan tindakan kita dan segala pilihan kita? Jika kita memiliki pilihan untuk mengetahui apa yang ada di depan kita, bukankah itu juga membuat kita menjadi tidak bersyukur dengan apa yang sekarang kita miliki? Yah,, misalnya gue baru punya laptop baru, trus gue tau kalo di masa depan nanti, nyokap gue beliin laptop yang bisa berubah jadi transformer (baca:lebih canggih), bukankah itu membuat gue menjadi gak bersyukur dengan laptop gue yang baru ini?

Lagipula, ketika kita memiliki pilihan untuk mempercepat hidup, kita lupa untuk menikmati hidup yang kita miliki saat ini. Ingat film "Click"? Ketika si Adam Sandler terlalu asik mempercepat kehidupannya, dia mulai kehilangan koneksi dengan orang-orang sekitarnya, dan akhirnya meninggal begitu saja. Mungkin mudah bagi orang yang membaca post ini bilang "yah, tinggal di rewind aja dong" Iya kalo ada pilihannya? kalo gak ada? Kita jadi bergantung banget kan sama fasilitas teknologi yang kita punya itu? Dan dengan memiliki mesin waktu, kita lupa bahwa kita memiliki limit, yaitu kematian. Apa yang terjadi jika kita meninggal coba? hayo? masih nekat mau rewind?

Oh ya satu lagi, gue rasa kalo misalnya gue tau kalo di masa depan nanti gue bakal sukses, pasti masa-masa sekarang, gue bakal males banget, dan punya mind set "ah gue kan bakal sukses nanti.. jadi leha-leha aja sekarang". Gue pun melupakan faktor bahwa apa yang gue miliki di masa depan, sebenarnya adalah hasil kerja keras gue di masa sekarang.

Ya.. intinya, gue bersyukur banget karena mesin waktu belum diciptakan. Gue sadar bahwa sebenarnya manusia sepertinya belum siap dengan penemuan yang seperti itu. Karena toh, gue tau manusia itu gak sabar, dan dengan adanya mesin waktu yang mengakomodasi ketidaksabaran, tanpa menyadari bahwa itu sebenarnya akan merusak.

Well.. maaf banget karena jarang sekali update, maklum super sibuk :P
See u :) :)