Baru saja selesai membaca "Mahabrata" dan "The Palace of Illusions", membuat saya berpikir mengenai pernikahan. Pernikahan pada jaman itu,, selalu terjadi atas dasar politik yaitu untuk mengikat aliansi dengan istana lain, di mana sang perempuan tidak memiliki hak istimewa untuk memilih pasangan hidupnya. Dan sebenarnya itu masih terjadi pada masyarakat India. Banyak masyarakat modern yang menolak ide "dijodohkan" itu sebagai sesuatu yang negatif. Tapi, apakah benar demikian?
Banyak yang berpikiran bahwa menikah dengan cara dijodohkan itu pasti tidak bahagia. Keduanya belum tentu cocok lah, belum tentu saling kenal sebelumnya, dan sejuta alasan lainnya. Namun, toh saya masih menemukan pasangan-pasangan yang bahagia di karenakan mereka dijodohkan. Seperti guru matematika saya. Ketika ditanya kenapa bisa cocok, dia pun hanya menjawab 'cinta datang karena biasa'. Lalu, apa yang membuat selama ini orang berpikiran bahwa dijodohkan itu negatif??
Apakah mungkin, hal ini disebabkan oleh arogansi seseorang? Yang menganggap bahwa dengan dia dijodohkan berarti dia membiarkan orang lain mengatur hidupnya? Atau malahan, dia beranggapan bahwa seseorang yang bukan ia pilih sendiri, pasti bukanlah seseorang yang cocok untuknya? Mungkin, terpengaruh dari cara pemikiran barat, seseorang beranggapan bahwa ia bebas memilih segala keputusan dalam hidupnya, termasuk dalam pemilihan pasangan hidup. Namun, apakah itu selalu berjalan dengan baik??
Ironisnya, suatu pernikahan yang tidak melalui jalur perjodohan, sering kali berakhir dengan kata "bercerai". Walaupun, sebenarnya itu kembali pada individu masing-masing. Tapi, dengan mendengar kenyataan ini, bukankah itu membuat perjodohan suatu pilihan yang lebih baik? Jika hasilnya baik,, maka kita beruntung.. jika itu tidak berhasil, maka maklum, karena di jodohkan..