Hanya dalam hitungan minggu saja, saya akan hengkang dari Jakarta. Layaknya menghitung mundur peluncuran roket, dalam sekejap mata saya juga akan meluncur ke San Fransisco. Masalahnya? Saya belum siap pergi.. Bukan karena saya banyak kerjaan di Jakarta, atau saya begitu senaang nganggur.. Bukan.. Lebih kepada sisi sentimental, bahwa saya akan pergi lama dari tanah air, guna menuntut ilmu di negara orang.
Saya begitu senang, saya memiliki kesempatan untuk pergi belajar di negara orang. Sebuah kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Saya bersyukur kepada Tuhan, yang memperbolehkan saya menikmati kesempatan ini. Hanya saja, saya benar-benar sedih untuk pergi. Di sisi lain, ibu saya yang lebih melihat dari sudut pandang kepraktisan, sudah membombardir saya dengan keperluan-keperluan bertahan hidup. Saya pun jengah. Saya ingin bilang, berikan saya waktu setidaknya 1 minggu, untuk benar-benar enggak ngurusin sekolah dulu. Tapi, jika bukan sekarang, kapan lagi ya??
Saya tahu, teman-teman saya akan bilang: "Kalo elo gak pergi sekarang, kapan lagi??" Saya tahu, saya akan mendengar itu dari teman-teman saya. Tapi, mengertikah kamu, sisi sentimental dari sebuah kepergian? Bahwa saya akan kehilangan sesuatu di Jakarta, bahwa saya akan merindukan sesuatu dari Jakarta. Mungkin, semua ini akan lenyap dalam benak saya, seiring dengan kesibukan kuliah, atau bahkan menemukan penggantinya. Tapi.. tidak bisakah anda sekalian membiarkan saya menyerapi saat-saat sentimental saya, sebelum saya pergi??